~Kalau denger kata Korea Selatan, pasti kalian
langsung mikir tentang boyband girlband di Korea Selatan, kan? Kan lagi
demamnya Hallyu. Tapi, kali ini saya bukan akan menceritakan kehidupan mereka. Nah,
kali ini saya akan mengulas cerita mengenai kehidupan para muslim di Korea
Selatan. Gimana sih kehidupan mereka mereka yang beragama Islam di Korea
Selatan. Hemm … nggak bisa dibayangin susahnya kaya apa, karena di Korea
Selatan itu kan gaya hidupnya sangat berbeda dengan budaya Islam, ya kan?. Menjadi
muslim di Korea Selatan itu berarti harus siap jadi minoritas lho, dengan gaya
hidup yang terlihat berbeda dari kebiasaan setempat .. nggak mudah jadi muslim
di Korea Selatan. Penasaran? :D Semoga bermanfaaaat!~
TANTANGAN PARA MUSLIM
DI KOREA SELATAN
Kata “tidak mudah” barangkali belum
cukup menjelaskan, jelas salah satu mahasiswa muslim berusia 23 tahun saat
diwawancarai sebuah media online Islam, Hasna
Bae. Hasna adalah salah satu dari 35 ribu Muslim asli Korea Selatan, dan
200 ribu Muslim imigran pekerja di Korea Selatan, (Wah banyak juga yah!).
Yu
Hyun-il, Presiden Islamic Students Association di Universitas Hankook
University, Seoul yang mengatakan bahwa memilih makanan adalah masalah yang
paling sulit. “Susah karena tidak bisa makan babi, dan hanya boleh makan daging
yang disiapkan dengan cara khusus,” jelasnya. Saat makan di restoran, pilihan
makanan terbatas pada sayuran dan ikan. Ketika berkunjung pun, Muslim sering
disuguhi makanan yang mengandung unsur babi.
Umar Jung (47) satu – satunya muslim asli Korea di Jeongeup
yang ke mana saja selalu membawa makanan dari rumah, karena susah mencari
makanan halal kecuali di dekat 10 masjid di negara ini. Larangan meminum
alcohol juga menjadi masalah bagi Umar. “Saya tidak pernah lagi diajak teman – teman
untuk keluar dan minum bersama. Kalau
saya ikut dengan mereka, lelaki yang
masuk Islam karena berinteraksi dengan Muslim Pakistan yang bekerja di Korea
Selatan.
Seorang pengusaha Muslim yang tidak mau disebut
namanya, masih minum satu dua gelas alcohol. “Tidak mungkin melakukan bisnis
disini tanpa minum,” keluhnya. Budaya minum memang sudah mengakar dalam
kehidupan Korea Selatan. Kegiatan kantor, social, bisnis sering diselesaikan
dengan minum bersama. Selain masalah minum bersama, kebiasaan shalat lima waktu
juga membuat Muslim di Korea mendapat tatapan aneh. “Tidak mudah bagi bagi
pekerja Muslim di Korea untuk shalat lima waktu sehari, apalagi mereka yang
bekerja di pabrik dengan jam kerja 12 jam sehari,” ungkap Jewel Rana pengurus
Masjid Ayang, 20 kilometer selatan Seoul.
Umar pun mengalami hal yang sama. Ia menggabungkan shalat saat siang karena
gerakan sujudnya sering membuat tidak nyaman orang Korea di sekitarnya. Setiap Sabtu,
Umar shalat di masjid Raya Seoul yang berjarak 250 km dari rumahnya. “Saya
bahagia bisa bertemu saudara seiman dan shalat bersama mereka,” ungkap Umar
yang telah 5 tahun memeluk agama Islam tanpa diketahui keluarnya. Walaupun
begitu, sampai saat ini kekhawatiran besar Muslim ialah sangka buruk terhadap
Islam. Meski sejak sejak peristiwa 9/11 banyak yang menunjukkan ketertarikan
terhadap Islam, sebagian besar orang Korea masih awam dengan agama ini.
Hasna menceritakan pengalamannya hingga memeluk
Islam. Interaksi pertamanya dengan seorang Muslim ketika ia belajar bahasa Inggris
di Amerika Serikat. Saat ingin masuk Islam, orangtua dan keluarga besarnya
melarangnya meninggalkan agama Kristen. Mereka menekankan betapa bahayanya
Islam dengan mengutip berbagai aksi terror dan kekerasan. Hasna pun menjawab
bahwa tindakan kekerasan dan terorisme merupakan tindakan aksi kriminal yang
ada di berbagai lapisan masyarakat, tanpa peduli latar belakang agamanya. “Saat
ini tanggapan orang terhadap Islam sudah lebih baik. Memang sebagian
mencerminkan cenderung tercengang, namun tidak memberikan pertentangan justru
muncul rasa ingin tahu,” tutur Hasna.
Kehidupan Muslim di Korea memburuk saat Taliban
menangkap 23 warga Korea yang mengunjungi Afghanistan pada 2007 dan membunuh
dua orang diantaranya. Masjid diancam serangan bom, polisi pun berjaga setiap
saat. Di sisi lain, kejutan ini membuat lebih banyak orang tertarik untuk
mengetahui tentang Islam. Lee Ju-hwa, Direktur Departemen Dakwah Federasi
Muslim Korea (FMK), menjelaskan, makin banyak orang yang membuka hatinya pada
agama ini. “Sebelum ini, forum online
penuh dengan tuduhan terhadap Muslim. Sekarang makin banyak yang mencoba
melihat secara objektif, hingga sering terjadi debat yang keras dan
dalam.” Walaupun hidup terasa berat bagi
Muslim, muallaf Korea mengatakan mereka bangga dengan keputusan untuk masuk
Islam. Bahkan Hasna bertekad tak akan menyembunyikan akidahnya saat mencari
kerja nanti. “Saya tidak akan bekerja pada perusahaan yang tidak menghormati
agama pegawainya.”
~ ~
Eh, kalian tahu nggak actor ganteng Korea Selatan Lee Ki Woo? Tahu dong kalau kalian
emang K-poppers. Tenyata ia itu menjadi salah satu dari sekian banyak artis
Korea Selatan yang memeluk agama Islam. Setelah memeluk agama Islam ini, Lee Ki
Woo bilang kalau dirinya sangat senang masuk Islam dan ia enggak mau melalaikan
ibadah shalat dan ibadah puasa lhoo .. Pastinya dong, apalagi kalau pas lagi
bulan Ramadhan.
Kelas Agama dan
Sekolah Islam
Karena ketertarikan orang Korea
Selatan terhadap agama Islam meningkat drastis pasca 9/11, Masjid Raya Seoul
membuka kelas agama. “Karena banyak yang berkunjung ke sini untuk memuaskan
keingintahuan mereka tentang Islam, kami mulai mengadakan kuliah umum tentang
Islam untuk publik pada akhir pecan,” jelas Abdul Raziq Sohn, Presiden FMK. Masjid Raya Seoul di Itaewon ini
menjadi salah satu tujuan local turis lhoo ... (Wah! :D).
Untuk Muslim sendiri, Kim Hwan-yoon, Direktur Audit dan
Inspeksi FMK mengaku persoalan utama saat ini adalah tidak adanya sekolah
khusus Muslim di Korea Selatan. “Sulit bagi anak Muslim sekolah di Korea. Mereka
diperlakukan seperti orang asing hanya karena mereka Muslim,” kata Kim. Di
sekolah yang menyediakan makanan, pilihan jenis makanan, pilihan jenis makanan
mereka membuat anak Muslim menjadi pusat perhatian. “Kalau anak kita kirim ke
sekolah Internasional, masalahnya tetap ada karena sebagian besar sekolah itu
basisnya Kristen,” tambah Kim. Permasalahan ini yang membuat FMK mulai
mendirikan sekolah Muslim. Ide tersebut mendapat dukungan yang besar dari
komunitas Muslim Korea.
~ ~ ~
~Dengan
adanya artikel ini tidak membuat kita berpikiran negatif dong tentang Korea
Selatan karena orang Korea sering memandang aneh terhadap agama Islam, tapi
sudah terbukti kan, banyak juga Muslim – muslim di Korea Selatan. Nah, temen-
temen sebagai sesama Muslim tentunya kita harus mendukung mereka – mereka, para
Muslim di Korea Selatan. Hidup mereka di Korea Selatan itu sangat perjuangan
lhoo.. Tetep semangat yah buat mereka, semoga dengan perbedaan gaya hidup
seorang Muslim dengan kehidupan Korea, tidak membuat para Muslim di Korea goyah
dan tetap teguh terhadap Islam. Amiin. Dan semoga, makin banyak Muslim di Korea
serta di Negara lainnya :D Tengs~
Source
: Majalah “Ummi “