a SINOPSIS NOVEL ANGKATAN 20-30an ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN
Tahapan Alur / Peristiwa
1. Keluarga Sayu disamun dan Sayu ditawan di
pondok para penyamun.
2. Samad, mata – mata penyamun itu
berkeinginan untuk menikahi Sayu dan menyingkirkan temannya, para penyamun.
3. Ketika hendak menyingkirkan penyamun,
rencana Samad gagal sehingga ia menghilang karena takut rencanya ini akan
diketahui para penyamun.
4. Medasing terluka parah karena terjatuh ke
dalam jurang, seorang temannya meninggal.
5. Medasing mengembalikan Sayu ke dusun
kemudian ia menikahinya bukan sebagai penyamun melainkan sebagai seorang pesiar
yang baik hati dan kaya raya.
Anak Perawan
Di Sarang Penyamun
Sang penyamun, panggilan itu kerap
disapakan kepada Medasing dengan sekelompok teman penyamunnya. Sebagai seorang
penyamun, manusia yang buas – buas itu biasa mengambil harta dusun Pagar Alam
yang kaya raya. Akibat ulah dari sekelompok penyamun itu, warga dusun Pagar
Alam bernasib tak tentu, kerap kali mereka lari – lari berhembalang untuk bersembunyi
di tempat terlindungi. Nasib serupa yang mengenaskan menimpa keluarga Sayu,
perawan cantik yang tinggal di dusun tersebut. Malam yang hening itu, kedatangan penyamun tak terduga untuk
melaksanakan misi mereka, menyamun keluarga Sayu yang segudang hartanya
menimbulkan peperangan kecil yang sengit antara penyamun dengan Haji Sahak dan
isterinya, orang tua Sayu. Namun sayang, Haji Sahak tak kuasa melawan penyamun
yang keji dan ganas itu. Tinggallah Sayu seorang diri di pondoknya yang penuh
bara api, orang tuanya telah dihabisi penyamun itu. Entah keajaiban apa yang
merasuki Medasing, ia membawa Sayu dengan penuh perasaan ke pondoknya, mungkin
karena rasa iba atau ia ingin menjadikan Sayu sebagai tawanannya. Entahlah.
Dengan terpaksa, selama ini Sayu tinggal di
pondok para penyamun. Tanpa Medasing sadari karena belakangan ini ia bersama
perawan cantik yang memiliki nama Sayu itu, muncul sepercik rasa
ketertarikannya terhadap Sayu. Temannya, sekelompok penyamun itu menyadari
bahwa Medasing memberi perhatian lebih kepada Sayu. Namun, di sisi lain Samad,
mata – mata penyamun itu memiliki rasa yang sama seperti Medasing, ia tertarik
dengan Sayu. Diam – diam Samad menyusun siasat licik untuk menyingkirkan
penyamun itu agar Sayu jatuh ke dalam dekapannya, dalam hati kecilnya ia sangat
ingin Sayu menjadi miliknya. Sungguh ia tak tahu berterima kasih kepada
penyamun yang telah menjadi kawannya itu.
Perlahan tapi pasti siasat yang Samad
rencanakan berhasil membuat Medasing lemah sedikit demi sedikit tanpa disadari.
Siasat iu berjalan mulus bagaikan jalanan tanpa berlubang sedikit pun. Namun,
ternyata Samad yang licik itu menyusun rencana lain untuk menyingkirkan
Medasing dengan cara tidak manusiawi. Syukurnya, rencana Samad yang telah
disusunnya dengan cermat menghasilkan malapetaka bagi dirinya. Perlahan – lahan
para penyamun menyadari bahwa ada yang janggal dalam diri Samad, takut
rahasianya itu akan terkuak, Samad mengasingkan dirinya jauh dari kerumunan
penyamun.
Sebagai penyamun, Medasing dalam
kesehariannya mencari makanan dengan memanfaatkan ilmnya itu untuk berburu
hewan di hutan. Dengan mudahnya, hampir setiap hari sehabis dari hutan,
tangannya selalu menenteng hasil buruan, rusa, harimau, napuh dan binatang
hutan yang lain. Namun tidak selalu keberuntungan berada di pihak Medasing dan
temannya itu, saat itu ia hendak di
tengah perkelahian dengan rusa. Rusa yang perkasa itu lari – lari berhembalang
menjauhi mereka, melewati rimbunan semak, jurang, semua rintangan. Namun
sayang, Medasing dan temannya itu tidak mampu melewati rintangan yang sudah di
depan mata, upaya keras mereka itu hanya menyebabkan malapetaka bagi mereka
sendiri. Karena tidak dapat mengendalikan langkah, mereka terlempar sampai ke
dalam jurang. Medasing hanya terluka parah yang banyak tercecer di bagaian
kakinya. Namun tidak dengan temannya, sudah beberapa jam, temannya itu belum
sadarkan diri pula. Dengan keadaan terkejut bercampur sedih, Medasing menggendong
temannya yang sudah tak bernyawa lagi itu menuju pondok.
Masih dalam suasana berduka cita. Sejak
kepergian teman Medasing itu, Medasing menjadi lebih dapat memaknai hidupnya.
Perlahan – lahan ia mulai merubah dirinya mejadi seseorang yang lebih berguna
bagi orang lain, ia ingin dirinya berguna bagi perawan itu, Sayu. Tidak dapat
dipungkiri, timbul persaan aneh dalam diri Medasing, ia memang telah diluluh
lantahkan oleh seorang Sayu. Karena perasaan itulah, ia mengembalikan Sayu
kembali ke dusunnya untuk menikahinya. Dalam hati kecilnya itu, ia memang
sangat ingin menikahi Sayu, ia ingin memiliki Sayu seutuhnya. Sulit dipercaya,
Sayu memiliki perasaan yang sama dengan Medasing. Semua tak pernah menyangka,
seorang Sayu, perawan cantik di dusun Pagar Alam jatuh hati dengan seorang
penyamun yang terkenal dengan keganasan dan kekejamannya itu, Medasing. Hingga
akhir yang bahagia, mereka pun menikah, Sayu menikahi Medasing bukan sebagai
penyamun yang ganas, melainkan sebagai seorang pesiar yang baik hati dan kaya
raya.